“Guys, kalo besok kita ke Desa Pinggan, Kintamani, buat lihat sunrise mau, gak?” Tanya Annisa kepada saya dan Novi. Saya hanya bisa bengong, karena malas sekali untuk bangun Pagi saat libur kerja. Belum mendapat jawaban dari kami, Annisa langsung bilang, “Dari sana kita bisa langsung ke Montana Del Café, nih. Cakep view-nya kalo masih Pagi.”
Saat sampai di Desa Pinggan, Kintamani, nyawa saya masih melayang di dunia mimpi, belum lagi kondisi yang dingin banget membuat saya lebih kepengin lanjut tidur daripada menikmati pemandangan, ya. Apalagi saya kurang suka dengan wisata alam, kalau wisata Vety Vera bisa lah. Hehehe maaf agak garing. Namun terbayar dengan pemandangan di sana yang seperti lukisan dari Tuhan Yang Maha Esa, saya menyebutnya ada lukisan Tuhan di Kintamani.
![]() |
Desa Pinggan, Kintamani, sebelum matahari terbit. |
![]() |
Desa Pinggan, Kintamani, setelah matahari terbit. |
Jujur saya tidak menyesal bangun Subuh kalau mendapatkan pemandangan yang luar biasa indah, foto yang saya ambil dari kamera tidak perlu saya tambahkan filter sudah bagus, menurut saya. Lingkungan sekitar Desa Pinggan, Kintamani, masih benar-benar asri tanpa adanya tambahan apapun dari masyarkat untuk sekadar menjual desa tersebut. Apalagi saya yang sudah enam bulan di Rumah saja, biasanya disajikan pemandangan tembok kamar, benar-benar membuat saya bersyukur masih dikasih kesempatan melihat pemandangan ini. Eh, semacam agak lebay, ya? Hahaha.
No comments