Hampir tujuh bulan kerja dari rumah, masih waras?
Tentunya saya mulai terbiasa, sampai kepikiran, “Kalau nanti sudah bisa kerja lagi dari kantor, rasanya seperti apa?” secara kerja dari rumah tidak memikirkan jarak tempuh ke Kantor, tidak merasakan kemacetan Ibu kota yang sudah tidak ada otaknya, dan rasa rindu dengan teman-teman kantor mulai terobati dengan video call. Dan, tidak harus mandi.
Satu hal yang membuat saya makin muak dengan keadaan ini adalah, kata-kata “new normal” ataupun “kebiasaan baru” yang terkadang hanya sekadar tagline.
Bayangkan, saya tiga bulan lebih hanya berkegiatan di Kamar, dari bangun sampai mau tidur lagi yang saya lihat hanya tembok kamar dan juga laptop. Saya ingat sekali, waktu DKI Jakarta memilih PSBB transisi dibandingkan dengan new normal. Saya cukup senang, karena saya bisa duduk di Coffee Shop lagi untuk sekadar membaca buku, ataupun menonton drama Korea di sana. Tentunya, saya lebih nyaman datang ke tempat kopi yang tidak begitu ramai.
Sayangnya warga terlena dengan keadaan PSBB transisi, yang dimana semakin lama saya lihat mereka sudah lupa dengan yang namanya jaga jarak, masker, dan kebersihan diri. Mungkin, karena saya senang pergi sendiri, ataupun pergi yang tidak lebih dari empat orang, maka saat ada yang namanya jaga jarak seperti sudah terbiasa saja.
Saya tidak bisa menyalahkan orang-orang yang takut dengan virus tersebut, tapi harus tetap keluar rumah. Tapi... bisa tolong jangan terlalu lebay? seperti saya pernah sedang antre beli makan dengan jarak sesuai aturan yang berlaku, orang tersebut selalu bilang jangan dekat-dekat padahal saya cuma bergerak dikit karena lelah antre, itupun bergeraknya masih di titik yang sama. Wkwk.
Ada juga waktu saya sedang menunggu untuk rapid test di salah satu rumah sakit, ada keluarga yang datang, dan mereka sudah dengan peralatan perangnya. Mereka sibuk sekali semprot sana sini, membersihkan bangku yang akan mereka duduki, tapi ternyata mereka duduknya tidak pakai jarak. Kursi yang jelas-jelas ada tanda X tetap mereka duduki. Saya tegur mereka marah, padahal bisa menjadi contoh untuk orang lain yang lihat, kan?
Terakhir, jangan pernah bilang ke teman kamu "Kok lo masih sering keluar rumah? Kapan virus ini mau hilang kalo lo keluar mulu" tanpa tahu alasan dia apa. Ada teman saya sampai bilang, "Kalo gue tetap di gaji meski kerja dari rumah, gue akan tetap di Rumah. Gw kerja di SPBU, bagimana mau work from home, Ky?"
Karena tidak semua orang mempunyai kesempataan yang sama untuk bisa kerja dari Rumah. Untuk kamu yang memiliki kesempatan tersebut, bersyukurlah. Keadaan yang tidak menentu seperti sekarang, empati sangat penting, dan kewarasan tetap harus dijaga.
Aku bersyukur kerja dari rumah dan berusaha tetap empati sama yang kerja di luar. Tapi ya mbok tetap pakai protokol kesehatan. Aku gemas karena banyak yang gak pakai masker
ReplyDeleteYap, se-enggak enaknya ber-WFH, tetep kudu bersyukur ya.
ReplyDeleteSaya juga ngerjain segala sesuatu dari rumah mulu.
Kalo harus keluar, paling utk belanja sembako aja, dan kudu pake masker
Terus bertahan ya, kak! Semoga bener2 segera kelar lah ini corona. Lama2 dari yg stres WFH jadi kebiasaan juga ini. Ckck.
ReplyDeleteBetul apa yang dituliskan mas Oky, saya sama teman kadang malah gak enak kalau mau tanya kenapa masih keluar rumah padahal masih dalam masa tanggap darurat karena takutnya memang dia bekerja yg gak bisa ditinggalkan. Saya pun bersyukur karena sudah pindah kerja di Jogja sebelum pandemi. Kalau belum pindah mungkin saya harus berpisah sama keluarga setengah tahun lebih
ReplyDeleteaku hmmm dulu awal2 new normal, aku nggak mau share foto kalau aku lagi di luar rumah
ReplyDeletebaru 2 pekan terakhir ini aku nunjukin eksistensiku di luar rumah. bilang kalau di luar rumah juga baik2 saja asal tetap patuh protokol
toh keluar rumah karena ada keperluan memang
Awal ada pndemic aku wfh,,,kena perampingan tuh mpe nganggur ka 3 bulan, recruitmen onlen semua, sekrng alhamdulillah join lagi kerja with protocol,, dan merasaaa aneh
ReplyDeleteAku malah kebalikan mas oky,di kasir supermarket uda ada garis berdiri buat antri, eh dia dempet2 di belakang aku, sampe aku tunjuk garis antrinya tetep ngeyel, kaya takut banget ga dapat giliran di kasir apa gimana, wkwkwk. Tapi beneran loh, kita gak bokeh ngejudge orang lalai sama protokol kalo kita gatau alasan mereka apa buat keluar rumah
ReplyDeleteSaat pandemic mulai merambah ke daerah luar ibukota, aku ikut sibuk jadi satgas covid sampai skrg.
ReplyDeleteMemang sangat melelahkan sih dlm keadaan sperti ini, terutama spikis kita.
Tapi aku sdh mulai membangun mindset, all is well yang penting kita beraktivitas dgn menerapkan protokoler kesehatan.
Semoga semuanya cepat membaik
Setuju bangeett..Ky.
ReplyDeleteRasanya kaget pas keluar rumah, dengan tagline "New Normal" dan semua orang ikutab abai dengan protokol kesehatan.
empati penting dan kewarasan tetep harus dijaga, setujuuu banget ky
ReplyDeletewaktu banyak pusat perbelanjaan, tempat ngopi tutup, isinya ya cuman kantor, wfh, kantor, wfh, gitu aja terus
sampe lupa rasanya ngemall, ngopi diluar kayak apa hahaha