#ManilaTrip2020: Weekend Gateaway ke Manila, Memangnya Seru?

Saya ingat sekali bulan Febuari 2019 mendapatkan pesan di whats app dari Yos, dia bilang kalau ada tiket promo ke Manila menggunakan maskapai Cebu Pacific untuk keberangkatan Febuari 2020. Masih satu tahun lagi pikirku, mau nanti jadi atau tidak ya urusan belakangan. Sayapun mengajak beberapa teman saya, meskipun akhirnya mereka tidak jadi pergi semua, sih.

Yos pun bilang, "Buset, awalnya hampir 20 orang yang mau ikut jadi sisa 4 orang, ya" sewaktu saya ketemu dia di Stasiun Kereta Bandara BNI City, sayapun hanya menjawab dengan hehe.

Perjalanan dari Jakarta ke Manila cukup lama yang sekitar empat jam, kalau saya lihat di peta pun ada di atas pulau Sulawesi. Namun harga tiket pesawatnya lebih murah ke Manila daripada ke Manado, huft. Untungnya perjalanan saya di malam hari, jadinya selama perjalanan saya habiskan dengan tidur. Apalagi maskapai murah tidak ada hiburan di pesawat, dan hari Sabtu 15 Febuari 2020 dengan resmi saya menginjakan kaki di Manila, Philippines.


Karena dari awal saya tidak tahu mau kemana di Manila, akhirnya saya serahkan semuanya kepada Yos, sih. Ibarat kata, saya mau diajak melakukan hal-hal negative juga iya saja, untungnya saya masih diajak ke jalan yang benar selama di sana. Dan, satu hal yang saya suka dari Manila, perjalanan dari bandara Ninoy Aquino ke kotanya tidak terlalu jauh, kepadatannya pun masih tipis-tipis termaafkan oleh saya.

Pilihan transportasi dari bandara ke Kota pun ada beberapa, kami memilih naik bus dengan alasan lebih murah apalagi coba. Sayangnya, kami harus transit di daerah Baclaran setelahnya baru ganti transportasi lain untuk sampai ke Hostel. Tarif bus dari bandara ke Baclaran hanya 20 peso, yang kalau saya rupiahkan dengan kurs hari ini tidak sampai Rp6.000,- INGIN RASANYA SAYA MAU BICARA KASAR WAKTU LIHAT TARIF BUSNYA. Ini busnya pakai bensin atau bagaimana bisa murah? Meskipun busnya cukup tua, tapi masih nyaman, dan bahkan lebih nyaman daripada bus tua yang ada di Jakarta.

"Eh, ini udah di Baclaran belum, ya?" tanya saya ke rombongan, soalnya penumpang lain pada turun semua. Kamipun saling tatapan dengan berakhir bertanya kepada driver busnya, yang alhamdullilah bisa bahasa Inggris, dan driver tersebut mengiyakan kalau kami sudah sampai di Baclaran. Kalau bisa saya gambarkan, tempat kami turun dari bus semacam terminal, satu-satunya junkfood yang kami lihat hanya McDonalds yang ramainya bukan main. Awalnya mau makan di semacam warung tegal, tapi saya urungkan niat dengan bilang, "Gue lagi lapar banget, mekdi aja gimana? Udah ketauan rasannya pasti gak jauh beda sama yang di Jakarta" dan diiyakan oleh yang lain.

Perjalanan menuju hostel selanjutnya kami menggunakan BTS, semacam LRT di Jakarta, ya. Saya tidak tahu BTS ini sudah berapa lama ada di Manila, tapi kondisinya beda banget sama LRT yang ada di Kuala Lumpur ataupun Bangkok. Sumpek adalah satu kata yang bisa saya gambarkan tentang kondisi transportasinya, dan dari stasiun terakhir BTS ke hostel kami lanjut dengan jalan kaki. Sepanjang jalan kaki tidak bosan-bosannya kami berucap, "Semacam kota Jakarta zaman dahulu, ya."


Selama di Manila saya menginap di Tambayan Gastrobar, salah satu hostel yang cukup murah, saking murahnya air di sana pakai waktu tertentu. Jadi kami dijelaskan pada jam tertentu air akan mati, kesal kan dengarnya? Mana waktu sampai hostel saya mau buang air besar, dan airnya tidak menyala. Mantap. Sayapun akhirnya menahan buang air besar sekitar satu sampai dua jam. Mantap lagi.

Dua Hari di Manila, Enaknya Kemana, Ya?


Karena kami belum bisa check in di hostel, jadinya memutuskan untuk pergi ke Rizal Park yang dilihat dari google maps letaknya tidak jauh dari hostel. Padahal mata sepet banget, rasanya dinina boboin sama Si Won bisa-bisa saya langsung tertidur, dan bangun-bangun esok harinya. Waktu sampai di Rizal Park saya hanya bisa bilang, "Oh, kalau di Jakarta semacam Taman Banteng, ya..." terus hanya bisa lihat sekitar dengan cuaca yang panas banget, tanpa adanya abang-abang starling di Rizal Park ini sangat hampa, guys. Btw, air mineral di Manila tidak enak buat saya, rasanya seperti air yang tidak dimasak dulu. Untungnya ada La Mineral yang sudah dijual di sana, jadinya tengorokan saya aman terkendali selama di sana.


Kami menghabiskan waktu hampir dua atau tiga jam di Rizal Park, kondisi badan yang lelah karena flight malam, membuat saya mengajak teman-teman untuk check in hostel, terus istirahat sebentar sambil meluruskan badan di kasur. Memang umur tidak bisa bohong, ya, pergi jalan-jalan di umur yang hampir kepala tiga ini membuat saya maunya rebahan saja.

Niat saja yang mau tidur, tapi kenyatannya tidak demikian. Sehabis mandi tubuh menjadi segar bugar, meski sudah menghitung domba tetap saja tidak bisa tidur. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Manila Bay, salah satu pantai yang ada di Manila, dan lokasinya tidak begitu jauh dari hostel. Seperti biasa, sesampainya dilokasi kamipun berkomentar, "Wah, seperti lagi di Pantai Ancol, bedanya tidak bayar saja kalau ke sini."


Menikmati senja di Manila Bay benar-benar bikin rasa lelah sedikit terobati, meskipun di daerah Manila Bay aromanya kurang sedap membuat kami tidak bisa berlama-lama di sana. Kamipun memutuskan untuk mencari makan malam, dan setelahnya kami balik ke hostel untuk beristirahat agar besok siap menjelajahi Manila lagi.

Pada hari Minggu tanggal 16 Febuari 2020 kami memulai berpetualang lagi di Manila, dengan tujuan pertama ke National Museum of Natural History, yang lokasinya tidak jauh dari hostel dan kalau tidak salah ingat lokasinya tidak jauh dari Rizal Park. Jadi, saat kamu ke Rizal Park dan masih ada waktu bisa langsung ke Museum ini, ya. Seperti nasional museum pada umumnya, Museum ini juga berisikan tentang Philippines, yang membuat saya kagum adalah tempatnya yang super megah ini masuknya gratis tanpa adanya biaya kontribusi lagi, loh!


Setelah cukup puas menikmati keindahan National Museum of Natural History, kamipun memutuskan untuk ke Intramuros sebagai kota tuanya Manila. Meskipun sesampainnya di sana kami bingung "INI MANANYA YANG KOTA TUA? KOK SAMA SEMUA BENTUKNYA?" asli saya bersama teman-teman keliling di daerah Intramuros benar-benar tidak menemukan apa-apa, atau memang yang di maksud kota seperti itu? Soalnya kota tua di Jakarta juga tidak cukup menarik untuk saya.


Kepalang tanggung sudah sampai di daerah Intramuros yang dimana lokasinya juga tidak jauh ke Fort Santiago, akhirnya kami memutuskan untuk ke sana. Ternyata, mau masuk ke Fort Santiago harus antre, padahal kalau saya perhatikan di dalam Fort Santiago juga tidak ramai dengan penggunjung, tapi kenapa harus antre sampai mengular, ya? Saat saya dan teman saya lagi antre, tiba-tiba kami dipisahkan dengan turis kulit putih, kamipun saling pandang dengan bingungnya. Iya, saking miripnya antara ras warga Manila dengan Jakarta, kamipun dianggap bagian dari mereka dengan diharuskan ikut antre dalam antrian penduduk lokal. Yaudahlah, ya.

Karena sudah cukup bosan dan lelahnya terkena sinar matahari, akhirnya kami memutuskan ke Mall of Asia, sebagai salah satu mall terbesar di Asia Tenggara. Mall tersebut benar-benar besar, saking besarnya saya dan teman saya harus share location untuk janjian pulang bareng, itupun tetap tidak ketemu. Jujur, sebesar itu Mall-nya, guys! Padahal isinya sama saja seperti yang ada di Jakarta, dengan rasa penasaran saya memutuskan untuk ke sana.


Dua hari berada di Manila membuat saya lebih bersyukur menjadi warga Jakarta, bila dibandingkan dengan Kuala Lumpur, warga Manila benar-benar yang mirip sekali dengan Jakarta, atau dibandingkan dengan Bangkok saja Manila masih lebih mirip. Saya tidak pernah menyesal ke Manila, yang membuat saya menyesal adalah kenapa tidak mencoba pulau-pulau di Philippines yang katanya lebih bagus daripada pulau di Indonesia. Haruskah saya kembali lagi ke Philippines untuk menjelajahi wisata pulaunya?

11 comments

  1. Ha..ha.ha. bener banget Ki.. manila tuh biasa aja..
    gw ke sana februari tahun lalu

    mereka memang sedang krisis air, untuk penggunaan air dibatasi
    hotel bintang lima masih bebas deh airnya, karena gw kemarin bebas pake air jam brapa aja

    ke manila tuh bikin gw bersyukur jadi warga jakarta,,
    karena konflik politiknya pun mendingan kita
    milenialnya pun mendingan kita..

    cuma bedanya mereka bahasa inggrisnya lebih jago dari kita
    makanya banyak yang kerja di luar negeri jadi TKA

    ReplyDelete
  2. Manila bisa semurah itu, ya, angkutan publiknya.

    Kalau dipikir benar, pariwisata kita terlalu sombong menetapkan tarif. Mahaaaal... semua.
    Ealah, malah meludahi rumah sendiri

    ReplyDelete
  3. Kalau baca cerita Oky, kayaknya di Manila banyak yang gratis ya, ke museum gratis, ke pantai gratis, naik bus murah hehehe, jadi pengen jalan-jalan ke sana, apalagi warganya mirip dengan warga di sini

    ReplyDelete
  4. jadi kangen melihat MAnila yang sekarang. Dulu sempat study disana 2 tahunan kurang lebih.... blusukan ke daerah daerah red district, nyari bir murah... pokoke dulu berasa di Jakarta tahun 80an ... sekarang sepertinya jauh lebih maju ya kak

    ReplyDelete
  5. Hahaah jauh2 ke sana ngemol mas. Btw penasaran gedenya kek apa :D
    Seru banget bisa ke Manila, moga nanti pas wabah usai saya bisa ke sana jg :D
    Trus aku jd kepoh Le Mineral ini minuman aslinya mana ya? Indonesia bukan sih yg diekspor ke sana?

    ReplyDelete
  6. Pasti akan seru mas, saya sih bisa wisata ke luar rumah sudah senang,, apalagi kalau bisa sampai wisata ke negara lain :)
    Baca artikel ini bikin saya kepingin jalan-jalan ke Manila juga deh

    ReplyDelete
  7. Mana neeeh foto2 sama Jeepney hehe.. yap harus ke pulau2nya deh. Gw jg baru manila sama davao. Smua kota hiks hiks.

    ReplyDelete
  8. Kok. Menyenangkan. Banget. Aselik. Sungguh cakep hasil foto2nya, di museumnya keren tuh legaan kaga sumpek. Belum pernah samsek ke LN, belum berani sendiri, nanti nunggu punya tabungan da

    ReplyDelete
  9. Yang jelas liburan keliling-keliling luar negeri itu asik banget. Well, perbedaan lokasi tinggal ngasih touch budaya yang berbeda pastinya.

    ReplyDelete
  10. Eh iya betul ya. Pemandangan di Manila sama persis kayak di Jakarta. Next bisa coba ke pulau di Filipina.

    ReplyDelete
  11. iya harus balik lagi ky, dulu aku menghanguskan tiket ke Palawan. alhasil sampe sekarang blum nginjakkan kaki ke Filipin. Next aku agendakan ke filipina lagi.

    kayaknya pulau pulau di sana juga nggak kalah bagus, ada wisata goa (lupa namanya

    ReplyDelete