Katanya di Tangerang Ada Alay? Masa Iya?

Di saat saya diajak pergi jalan-jalan ke Tangerang, pikiran saya hanya “Mau ngapain ke sana? Kalo cuma nongkrong aja sih boleh, lah ini jalan-jalan? Apa yang mau diliat?” Yha! Saya kepikiran seperti itu karena Tangerang sudah tidak asing lagi buat saya, beberapa teman saya tinggal di Tangerang, dan beberapa teman saya juga ditinggal waktu lagi sayang-sayangnya.


Karena saya selalu berpikir pergi ke suatu tempat bukan karena ada apa di sana, tapi dengan siapa kamu ke sana. Jadi ya pemirsa, tanggal 25 sampai 26 November 2017 kemarin, saya dan beberapa teman pergi ke Tangerang dengan meeting point di Sarinah. Tidak saya tidak sedang menunggu tercyduk di Sarinah, tapi memang meeting pointnya di Sarinah.

Seperti yang pemirsa tahu, kalau dari Jakarta ke Tangerang itu dekat, bukan hanya sekedar dekat tanpa hubungan yang jelas. Toh, dari rumah saya ke Pamulang saja hanya satu jam dengan kendaraan sepeda motor. Dan, tidak perlu waktu lama diperjalanan, saya berserta rombongan besan langsung datang ke Pabrik Kecap SH sebagai tujuan pertama kami di Tangerang.


Di Pabrik Kecap SH kami disambut oleh Pak Deni sebagai generasi keempat dari pemilik Pabrik Kecap SH. Ternyata sudah tua juga ya kecap dengan merek SH ini, dan sejujurnya saya baru tahu kecap SH ini ya waktu saya datang ke sana. Sayapun diajak berkeliling ke pabrik kecap yang masih menjaga banget proses pembuatannya dari dulu sampai sekarang, yang beda hanya dari proses pembakarannya yang sudah menggunakan gas bukan kayu bakar lagi. Padahal salah satu yang membuat kecap ini enak karena dibuatnya dengan kayu bakar, kalau kamu enak karena dibuatnya dengan rasa cinta.


Pada awal pabrik kecap SH berada, mereka hanya menyediakan kecap asin waktu mau tahun baru Cina saja, tapi dengan perkembangan zaman mereka menghadirkan kecap manis juga, karena warga sekitar Tangerang tidak begitu suka kecap asin, mereka sukanya kecap manis seperti senyum saya. Sejujurnya, saya juga suka kecap asin saat makan Sushi saja, sih.


Setelah saya berkeliling, saya baru tahu kalau kecap ini memang dibuat khusus pasar Tangerang saja, padahal rasanya memang benaran enak. Kamu tidak percaya? Karena setiap saya ketemu tukang jualan waktu jalan-jalan di Tangerang ini pedagangnya pakai kecap SH, lho.


Tidak perlu berlama-lama di Pabrik Kecap SH, kamipun melipir ke Klenteng Beon Tek Bio, dan salah satu yang saya suka waktu berkunjung ke Klenteng adalah bau dupa. Kalau bau minyak wangi kamu bisa bikin saya tidak bisa move on, sih. Iya, kamu. Waktu kami ke Klenteng Beon Tek Bio dibolehkan masuk untuk melihat-lihat, tapi saya tidak enak karena ada beberapa yang sedang beribadah, jadinya saya hanya foto-foto didepannya saja.


Sebenarnya, setelah saya ke Klenteng Beon Tek Bio kami masih berjalan ke Museum Benteng Heritage atau biasa disebut dengan Museum Peranakan Tionghoa tapi di sana dilarang mengambil gambar, kalau mengambil hati saya masih boleh, kok. Oh iya, kalau kamu main ke Museum ini, kamu akan melihat betapa perpaduan budaya Betawi dengan Cina itu sangat kental.

Tapi yang saya suka waktu ke sini adalah saat dikasih tahu oleh tour guide kenapa dirumah ini ada seperti ganjalan kecil dipintunya dan pintunya dibuat pendek, awalnya saya kira untuk menghalau air yang mau masuk ke rumah saat banjir, eh saya malah dibilang tipikal emak-emak Jakarta. Kan kampret. Padahal itu dibuat untuk melatih kesopanan kita, lho. Jadi, kalau kamu masuk maka kamu akan otomatis nunduk, dan untuk yang perempuan pun akan menaikan rok mereka dan otomatis akan menunduk juga. Bayangkan kesopanan yang terjalin?


Ada yang bilang Cisadane Flying Deck tapi ada juga yang bilang Flying Deck Cisadane, terserah kalian mau bilangnya apa asal tujuannya sama, kan? Sebenarnya tujuan kita ke sini itu mau melihat sunset, lucu juga sih melihat sunset dipinggir sungai, biasanya kan dipinggir pantai. Sayangnya, waktu kita kesana cuacanya lagi mendung, jadi mataharinya malu-malu untuk menampakan diri.


Dan, ada cerita lucu waktu saya dan teman-teman kesana. Karena lokasi tempat ini yang tepat dipinggir jalan, mana jalanannya macet pula, bisa bayangkan berapa bola mata yang menatap kamu saat foto-foto? Nah, waktu lagi asyik-asyiknya foto, ada orang di motor yang teriak “ALAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAY!” tapi saya dengarnya “HAI!” yang otomatis saya jawab “HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAI JUGA!” Wkwkwk. Lucu gak ceritanya? Pret.


KENAPA SIH KALAU ORANG FOTO – FOTO DIBILANG ALAY? PADAHAL SAYA FOTO-FOTO DEMI FEED INSTAGRAM YANG BAGUS, SECARA FOLLOWERS SAYA SUDAH MAU EMPAT RIBU. Eh, maaf agak emosi. Dan, kamu sudah follow instagram saya belum? Kalau belum follow dong! Usernamnya okymavlana, ingat pakai V bukan U.

6 comments

  1. Hahahahaaa endimgnya epic bgt ya diteriakin alaaaaayyyyyy #damn

    ReplyDelete
  2. Aku juga korban peristiwa ini, hingga saat ini aku masih syok, dan berpikir, apakah aku alay? Wkwkwkw...

    ReplyDelete
  3. Udah sih..ngaku ajaa..alay semua.. hahaha

    ReplyDelete
  4. 😂😂😂😂 w yang anak Tangsel banyakan nyangsang ke Jakarta belom pernah ngejajah kawasan sini, ahahah!Pan kapan ng-alay di sana yok!

    ReplyDelete
  5. Bodo lah yaa dibilang alaaay, yang penting dapat foto keceh ginii.. Tonenya sukaaak

    ReplyDelete